Sunday, 30 June 2013

Nyontek dari Masa Lalu, Boleh kok

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Selamat hari libur teman-teman. Yak, sudah mau menginjak bulan Juli. Bulan di mana kebanyakan stasiun TV menayangkan rentetan film bertajuk 'Holiday' yang tiap tahunnya nggak pernah ganti. Well, masih bingung liburan ini mau ngapain? Yang habis pada naik kelas, yang habis pada lulus, yang mau aja daftar sekolah, yang mau aja daftar kuliah, masih belum punya rencana liburan? Agaknya boleh ni baca-baca artikel aku sebelumnya, tips isi liburan yang asyik dan gratis lagi :) Dijamin seru dan nggak ngebosenin.

Nah, berhubung aku liburnya juga masih lamaa beberapa tips tersebut sudah aku pakai. Kali ini aku mau ngisi waktu luangku untuk membaca. Selain nambah ilmu, dompet juga aman. Soalnya nih buku juga minjem :p
Sory bang Alitt, baru baca buku kamu sekarang :p

Ini buku pecah abis deh. Cocok banget buat kita-kita yang lagi mau kuliah. Isinya bukan skripsinya bang Alitt yang baru sampai Halaman Persembahan, tapi lebih pada jungkir baliknya dia di perkuliahan. Sebenarnya ada juga sih tips buat jadi Mahasiswa Abadi kek dia, tapi amit-amit deh. Bagian itu bukan kayak bisikan-bisikan setan, tapi malah jadi bahan leluconan yang tanpa bagian itu nggak bakal judulnya SKRIPSHIT kan. Nice bang :D

Tapi yang mau aku ulas dari buku mahapecah itu bukan masalah skripsi dan peranakannya, tapi ini:

Aku bacain ya, bagi pembaca yang rabun pict kamera Hp jadul 2 MP T.T
"Percayalah kawan, hidup itu terlalu singkat untuk diisi dengan penyesalan. Belajarlah dari masa lalu, karena di sanalah Tuhan memberikan banyak contekan untuk menghadapi ujian di masa depan."

Ya, janganlah menyesali masa lalu, tapi jadikanlah ia sebagai pelajaran. Pernah nggak sih kalian menyesali masa lalu kalian sendiri? Yang begitu kelamnya hingga kalian pengen banget ke masa itu lagi dan menghapusnya? Kalau aku, pernah. Bahkan lebih parah, sampai membodoh-bodohkan diri sendiri atas tindakanku dulu. Yang jelas-jelas sudah tak bisa diganti lagi. Hingga aku sadari, sebenarnya yang bodoh itu aku yang dulu atau aku yang sekarang?

Aku yang bisa dibilang relatif lebih muda di antara teman-teman sebayaku, karena aku nyaris lahir di 1996, jelas memiliki lebih sedikit pengalaman tinimbang yang lainnya jika ditinjau dari lamanya mengenal dunia. Hingga jika pada waktu ini aku mengingat kembali masa laluku, seketika rasa benciku muncul. Ya jelas dengan diriku dulu.  

Kenapa sih dulu aku nglakuin ini, itu. Kayak anak kecil aja! Nggak pinter banget sih ngambil keputusan, kamu nggak tau kan yang  bakal kamu alamin nantinya. Bikin malu!
Mungkin begitu umpatan-umpatan untuk past-aku. Present-aku yang tak terima, yang menyesal, yang dibuat malu gara-gara tindakan past-aku di waktu past. Tapi kutipan dari mas Alitt tadi seakan mengingatkan aku, dan kita, bahwa masa lalu tak patut dipersesalkan. Seberapa benci dan menyesalnya kita saat ini, toh tak akan bisa merubah kejadian yang dulu-dulu. Kita nggak punya daya guys. Karena memang Allah nggak menciptakan tombol undo yang dengan gampangnya kita pencet berulang kali. Yang Allah pengen dari kita akan masa lalu adalah menjadikannya pelajaran!

Memang susah, tapi bagaimanapun juga yang pertama harus kita lakukan adalah memaafkan diri sendiri dulu. Anggap kesalahan-kesalahan yang dibuat past-aku di masa lalu sebagai pengalaman. Layaknya pemula, salah di awal wajar kali. Baru setelah memaafkan past-aku, kesalahan-kesalahan tersebut kita pelajari, kalau perlu catet di kertas kecil, tempelkan di bawah meja. Hanya itu kawan yang bisa kita lakukan. Bukankah masa lalu itu sudah tak ada di genggaman kita? Baru sedetik tadi kita lepaskan. Yang kini kita pegang erat hanyalah saat sekarang. So, yang bisa kita perbuat hanyalah sebatas tenses present. Masa lalu tidak bisa kita ubah, yang bisa adalah upaya kita untuk saat ini. Kalau memang past-aku melakukan sesuatu yang berimbas sampai present-aku, ya present-aku yang harus pinter-pinter mengatasinya dong. Jangan jadi pengecut yang menyalahkan past-aku terus!

Dengan segala kesalahan-kesalahan di waktu lampau, masak iya present-aku mau salah untuk yang kesekian kali lagi? Tadi catetannya udah di tempelin di bawah meja kan. Nah yang bedain Ujian Nasional sama ujian-Nya Allah yaitu: kalau UN nggak boleh nyontek, kalau ujian dari Allah justru kita diperkenankan nyontek dari pengalaman-pengalaman kita dulu. Kita diperbolehkan melihat kesalahan kita dulu oleh past-aku buat ngerjain ujian dari Allah di masa depan agar nggak salah untuk yang kedua kalinya. :)

Karena kita tahu, Allah nggak mau hamba-Nya terpuruk berulang-ulang kali. Ia selalu menginginkan hamba-Nya untuk terus memperbaiki kualitas dirinya dari waktu kewaktu. Bukannya murung dan menyesali waktu yang berlalu.

Dari ssigit, semoga bermanfaat...

Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Categories:

0 comments:

Post a Comment

    Followers