Sunday, 30 June 2013

Nyontek dari Masa Lalu, Boleh kok

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Selamat hari libur teman-teman. Yak, sudah mau menginjak bulan Juli. Bulan di mana kebanyakan stasiun TV menayangkan rentetan film bertajuk 'Holiday' yang tiap tahunnya nggak pernah ganti. Well, masih bingung liburan ini mau ngapain? Yang habis pada naik kelas, yang habis pada lulus, yang mau aja daftar sekolah, yang mau aja daftar kuliah, masih belum punya rencana liburan? Agaknya boleh ni baca-baca artikel aku sebelumnya, tips isi liburan yang asyik dan gratis lagi :) Dijamin seru dan nggak ngebosenin.

Nah, berhubung aku liburnya juga masih lamaa beberapa tips tersebut sudah aku pakai. Kali ini aku mau ngisi waktu luangku untuk membaca. Selain nambah ilmu, dompet juga aman. Soalnya nih buku juga minjem :p
Sory bang Alitt, baru baca buku kamu sekarang :p

Ini buku pecah abis deh. Cocok banget buat kita-kita yang lagi mau kuliah. Isinya bukan skripsinya bang Alitt yang baru sampai Halaman Persembahan, tapi lebih pada jungkir baliknya dia di perkuliahan. Sebenarnya ada juga sih tips buat jadi Mahasiswa Abadi kek dia, tapi amit-amit deh. Bagian itu bukan kayak bisikan-bisikan setan, tapi malah jadi bahan leluconan yang tanpa bagian itu nggak bakal judulnya SKRIPSHIT kan. Nice bang :D

Tapi yang mau aku ulas dari buku mahapecah itu bukan masalah skripsi dan peranakannya, tapi ini:

Aku bacain ya, bagi pembaca yang rabun pict kamera Hp jadul 2 MP T.T
"Percayalah kawan, hidup itu terlalu singkat untuk diisi dengan penyesalan. Belajarlah dari masa lalu, karena di sanalah Tuhan memberikan banyak contekan untuk menghadapi ujian di masa depan."

Ya, janganlah menyesali masa lalu, tapi jadikanlah ia sebagai pelajaran. Pernah nggak sih kalian menyesali masa lalu kalian sendiri? Yang begitu kelamnya hingga kalian pengen banget ke masa itu lagi dan menghapusnya? Kalau aku, pernah. Bahkan lebih parah, sampai membodoh-bodohkan diri sendiri atas tindakanku dulu. Yang jelas-jelas sudah tak bisa diganti lagi. Hingga aku sadari, sebenarnya yang bodoh itu aku yang dulu atau aku yang sekarang?

Aku yang bisa dibilang relatif lebih muda di antara teman-teman sebayaku, karena aku nyaris lahir di 1996, jelas memiliki lebih sedikit pengalaman tinimbang yang lainnya jika ditinjau dari lamanya mengenal dunia. Hingga jika pada waktu ini aku mengingat kembali masa laluku, seketika rasa benciku muncul. Ya jelas dengan diriku dulu.  

Kenapa sih dulu aku nglakuin ini, itu. Kayak anak kecil aja! Nggak pinter banget sih ngambil keputusan, kamu nggak tau kan yang  bakal kamu alamin nantinya. Bikin malu!
Mungkin begitu umpatan-umpatan untuk past-aku. Present-aku yang tak terima, yang menyesal, yang dibuat malu gara-gara tindakan past-aku di waktu past. Tapi kutipan dari mas Alitt tadi seakan mengingatkan aku, dan kita, bahwa masa lalu tak patut dipersesalkan. Seberapa benci dan menyesalnya kita saat ini, toh tak akan bisa merubah kejadian yang dulu-dulu. Kita nggak punya daya guys. Karena memang Allah nggak menciptakan tombol undo yang dengan gampangnya kita pencet berulang kali. Yang Allah pengen dari kita akan masa lalu adalah menjadikannya pelajaran!

Memang susah, tapi bagaimanapun juga yang pertama harus kita lakukan adalah memaafkan diri sendiri dulu. Anggap kesalahan-kesalahan yang dibuat past-aku di masa lalu sebagai pengalaman. Layaknya pemula, salah di awal wajar kali. Baru setelah memaafkan past-aku, kesalahan-kesalahan tersebut kita pelajari, kalau perlu catet di kertas kecil, tempelkan di bawah meja. Hanya itu kawan yang bisa kita lakukan. Bukankah masa lalu itu sudah tak ada di genggaman kita? Baru sedetik tadi kita lepaskan. Yang kini kita pegang erat hanyalah saat sekarang. So, yang bisa kita perbuat hanyalah sebatas tenses present. Masa lalu tidak bisa kita ubah, yang bisa adalah upaya kita untuk saat ini. Kalau memang past-aku melakukan sesuatu yang berimbas sampai present-aku, ya present-aku yang harus pinter-pinter mengatasinya dong. Jangan jadi pengecut yang menyalahkan past-aku terus!

Dengan segala kesalahan-kesalahan di waktu lampau, masak iya present-aku mau salah untuk yang kesekian kali lagi? Tadi catetannya udah di tempelin di bawah meja kan. Nah yang bedain Ujian Nasional sama ujian-Nya Allah yaitu: kalau UN nggak boleh nyontek, kalau ujian dari Allah justru kita diperkenankan nyontek dari pengalaman-pengalaman kita dulu. Kita diperbolehkan melihat kesalahan kita dulu oleh past-aku buat ngerjain ujian dari Allah di masa depan agar nggak salah untuk yang kedua kalinya. :)

Karena kita tahu, Allah nggak mau hamba-Nya terpuruk berulang-ulang kali. Ia selalu menginginkan hamba-Nya untuk terus memperbaiki kualitas dirinya dari waktu kewaktu. Bukannya murung dan menyesali waktu yang berlalu.

Dari ssigit, semoga bermanfaat...

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Friday, 21 June 2013

Melupakan Tak Harus dengan Kebencian

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Hmm, guys. Aku bingung ini musim apa. Kayaknya waktunya kemarau tapi kok masih juga ada hujan. Apakah lagi pancaroba? Soalnya pas matahari tadi siang lagi mentereng panasnya, terus bulan malam ini begitu terangnya, entah kenapa aku pengen nulis tentang mantan.

Mungkin ini gara-gara ayah ibu aku yang entah kenapa pula lebih perhatian antara masalahku dengan mantan tinimbang masalah aku dulu sama pacar. Yang sekarang nanyain namanya, rumahnya. Walaupun aku nggak jawab pun, beliau tetep nanya, "Di katalog pacar kamu yang mana to?" aku jawab, "Dulu pak -..-" "Iya, iya, yang mana?"
Di sini, kembali.. kau hadirkan ingatan yang seharusnya ku lupakan.. dan ku han---curkan adanya,

Tapi bagaimana pun juga aku hargai perhatian mereka, yang mungkin sangat terlambat, tapi masih mending daripada tidak. Beberapa bentuk perhatian mereka seperti sering ngasih-ngasih nasihat. Ya tentang menjalin hubungan, pacaran, dan mantan.








Kayak nasihat di atas ini. "Putus tali kasih itu wajar, kan namanya juga anak muda. Tapi kalau mutus tali silaturrahmi itu jangan sampai, kan dulu kalian pernah baik-baik kan."
Itu dikasih tahu sama ayah pas aku habis tes di Jogja, nah kebetulan banyak juga temen-temen satu SMA ku yang juga lagi tes, termasuk deh manta. So what gitu, keadaan bareng-bareng sama banyak temen, ayah aku nanya, "Tadi ndak ada mantanmu juga di sana?" "Ada sih pak, sama temen-temen lainnya juga banyak." "Kalian ngomong-ngomong nggak?" "Rrrr, enggak." "Kamu itu, bla bla bla, (nasihatnya kek yg di atas)."

Soal nasihat ayahku ini, aku setuju. Ya memang kita sama mantan sekarang sudah nggak ada hubungan suka sama suka, tapi apakah dengan putusnya itu menghapuskan pula hubungan yang terjalin sebelumnya. Sebelum masa PDKT tepatnya, disebutnya persahabatan, kalau nggak dianggap klise sih. Soalnya gini, sebuah hubungan abadi yang lebih awal terbina, sekarang kandas karena telah bertransformasi dan berhenti? Bagaimana pun juga dulu kita dan mantan pernah bersama-sama. Setidaknya kebersamaan itu berisi hal-hal yang baik. Sebuah tali silaturrahmi pernah terjalin sebelumnya.

Banyak pula hadist yang menyatakan larangan memutus tali silaturrahmi, tinggal ketik aja keywordnya terus search di google, banyak. Itu pun kebanyakan dari kita masih enggan sadar dan tetep mati-matian membenci sang mantan. Sekarang aku tanya deh, dulu yang suka siapa? dulu yang sayang siapa?

Aku nulis tentang mantan ini bukannya aku nggak bisa move on ya, tapi aku cuma mau ngasih pandangan sama kita-kita semua bahwa mantan itu sama sekali tak pantas dikatakan barang bekas dan dimaki-maki. Soalnya aku miris lihat status-status FB atau tweet yang sering ngejelek-jelekin mantannya, yang ngehina mantannya, yang nyamain sama barang-barang nggak guna. You know what, aku yakin orang-orang kayak gini itu adalah orang yang ketika putus nggak secara baik-baik. Jadi dia, yang kemungkinan adalah pihak yang diputusin, belum siap atas keputusan ini. Ia memberontak tak terima. Sikap buruknya terhadap mantan adalah alibi dari rasa cinta yang sebenarnya masih tersisa. Segala bentuk tindakan membenci mantan ia tunjukkan cuma agar terlihat tegar. Terkesan bahwa keputusan putus ini justru ia harapkan, justru ia inginkan. Tapi di balik itu, ia takut kesepian.
So, sekarang siapa yang nggak bisa move on? !!!

Mungkin aku terlalu men-judge tapi aku perlu mengungkapkan ini. Jika dari kalian ada yang bilang, "Ah, aku kan mau move on. Ngapain inget-inget mantan sih?".
Oke deh, kalau gitu lupain cinta! Lupakan saja cinta yang pernah kita dan mantan rasain. Yang perlu diingat cukuplah kita dulu pernah baik-baik. Itu saja, sudah. Dengan begitu, setelah putus kita dan mantan masih bisa berhubungan baik. Temen kek, atau apalah. Karena melupakan tak harus dengan kebencian kan?

Huhft, bahasan berat ini. Mungkin banyak yang nggak seopini, tapi coba share di comment deh. Biar kita bisa saling melengkapi ;D

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Tuesday, 11 June 2013

UKT: Uang Kuliah... Tinggi?

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Pada 10 Juni lalu di official web tempat universitas baruku, yaitu UGM, telah diumumkan tentang UKT untuk masing-masing maba 2013. Sebelumnya UKT adalah besaran biaya pendidikan yang harus dibayarkan tiap semester yang besarnya ditetapkan jurusannya masing-masing. Sistem UKT juga menghapuskan SPMA (atau yang sering dibilang uang gedung), sekaligus SKS tiap semesternya. Sebagaimana namanya, UKT, Uang Kuliah Tunggal. Tunggal yang berarti hanya UKT saja biaya akademik setiap mahasiswa. 

Well, waktu itu aku agak telat buka web-nya, karena hari itu pas banget paketan internet aku habis. Jadi baru bisa ngecek UKTku pas malam. Di facebook udah banyak yang up date tentang UKT nya. Yang bersyukur dapet UKT tingkat bawah, yang UKTnya emang udah sesuai sama gaji orang tuanya, ada lagi yang masih nanya-nanya sedang dia sendiri belum tahu kisaran UKTnya. Hingga ada juga yang mengeluh karena UKT yang ia dapat terlalu tinggi dan tak sesuai dengan gaji orang tua.
Wah kok bisa gitu, waktu daftar ulang on line kan udah ngisi gaji orang tua masing-masing, diwajibkan pula melampirkan slip gaji yang telah disahkan bendahara. Kok bisa salah, hmm jangan-jangan punya ku...










Dan ternyata benar. UKTku nggak sesuai sama rentang gaji orang tuaku. Kedua orang tuaku tiap bulannya mendapat gaji total < 3jt rupiah, dan seharusnya dapat UKT di golongan 2. Tapi ini, 4,25jt aku cek ada di... golongan 3. Kok bisa gitu >.<
Aku cek lagi bukti pengisian daftar ulang waktu on line dulu. Nominal yang aku isikan pada gaji orang tuaku benar, sesuai. Tapi kenapa bisa salah? Eh tunggu, ini penentuannya bisa salah? Ditambah lagi aku ikut Bidikmisi, harusnya bukannya nggak bayar sama sekali.

Aku belum bisa langsung bilang sama orang tuaku, karena mereka belum pulang. Jadi aku hanya mantengin grup universitas di FB. Di antara yang bersyukur akan UKTnya sesuai sama yang membanjiri komen dengan keluhan, banyak yang dari tadi ngeluh. Aku sempat ikut-ikutan. Karena aku pikir 4,25jt/6 bln bakal cukup berat untuk ortuku. Ditambah lagi nanti aku ngekost, haduh jadi bertumpuk-tumpuk tanggungannya. Setiap post di grup yang bertopik UKT selalu terbanjiri komen-komen yang tak terima, komenku pun termasuk dari salah banyaknya. Ditambah lagi banyak pula peserta Bidikmisi yang tetap pula dikenai biaya, padahal ada maba yang di pengumumannya jelas-jelas tertera angka 0 sendirian. Nol yang tak ditemani angka-angka liannya dan nol pula yang berarti gratis. Simpang siur akan isu-isu bahwa peserta Bidikmisi yang UKTnya bernominal berarti Bidikmisinya nggak ketrima pun membuat aku dan puluhan (atau bahkan ratusan) pemilik akun berstatuskan "UKTku kemahalan T.T" semakin mengeluh dan meronta keadilan. Suudzon pada universitas, bahwa mereka melakukan kekeliruan dan tidak valid dalam memperhitungkan. Aku termasuk.

Dan hal yang paling menohok dada orang yang khilaf tak bersyukur ini adalah: 
"Berapapun UKTmu, inget aja, itu ada subsidi pemerintah. Ada tanggung jawab besar bagi penyandang status MAHAsiswa
.
.
daripada mengeluh terus, sekali2 coba pikirkan, dengan subsidi sekian, berapa timbal balik yg bisa saya berikan pada masyarakat?"



Astaghfirullah hal'adzim. Aku khilaf. Maafkan aku ya Allah.
Tweet dari temanku ini mungkin jadi tetes mata buat kita yang dari tadi keliliban UKT yang terus saja dianggap terlalu tinggi. Memang benar untuk mencanangkan sistem UKT ini Mendikbud memberikan subsidi bantuan operasional pendidikan tinggi negeri (BOPTN) yang tahun lalu Rp 1,5 triliun dinaikkan menjadi Rp 2,7 triliun tahun ini. Apakah UKT yang sekarang ini telah ditentukan pada masing-masing dari kalian masih saja kalian anggap terlampau tinggi? Jika semua berpikir demikian, lantas berapa triliun lagi uang yang harus dialokasikan hanya untuk keperluan MAHAsiswa. Jika seperti itu, memang lebih baik dialokasikan pada anggaran-anggaran lain untuk masyarakat.

Teman-teman, aku nggak bermaksud untuk sombong atau gimana-gimana. Ingat, aku juga peserta Bidikmisi yang masih dikenai biaya UKT yang tak sesuai pula dengan rentang gaji orang tuaku. Tapi, aku cuma mau ngingetin teman-teman yang masih saja mengeluh akan UKTnya, agar paling tidak berhenti mengeluh dan menyalahkan. Dan yang paling penting adalah tetap bersyukur. Dalam UKT sekian yang dikenakan pada kita tersebut juga terdapat dana bantuan dari rakyat. Jika tidak ada subsidi sama sekali, tak akan ada UKT. Yang ada adalah BKT dan biayanya bisa dipastikan sangat tinggi. Temanku ini juga sangat benar, jangan sampai gara-gara UKTnya dianggap terlalu tinggi jadi melupakan kewajiban untuk menjadi mahasiswa yang memberikan timbal balik nyata untuk masyarakat. Semacam balas budi, karena secara langsung maupun tidak, masyarakat telah menyumbang banyak.

Setelah membaca tweet dari temanku itu, aku jadi sadar kalau kita harus senantiasa bersyukur dan tak boleh iri dengan orang lain. Melihat orang-orang yang mendapat UKT rendah membuat kita mengeluh akan UKT kita yang terasa tinggi, akhirnya menimbulkan suudzon kalau universitasnya tidak valid dalam perhitungan. Tidakkah teman-teman semua ingat kalau Allah SWT itu Mahaadil dan Mahabijaksana. Berapa pun UKT yang kita terima, husnudzonlah bahwa itu adalah yang paling tepat buat kita. Lagi pula, kalau UKTnya tinggi, itu kan bisa jadi motivasi kita buat cepat-cepat wisuda. Jadi nggak molor-molor en nambah-nambah biaya :)

Waktu aku beritahu info ini pada orang tuaku, yang awalnya aku kira mereka bakal bingung nyari dana, eh mereka taunya malah bilang lega~ Dengan UKT yang telah dipatok segini, bagaimana pun mereka bakal usaha semaksimal mungkin buat anaknya. Bisa jadi semangat buat kerja kan..
Dan juga buat yang peserta Bidikmisi yang tetep dikenai UKT, semoga pas nanti kita udah masuk UGM, kita diterima semua. Jadi kan uang UKT semester 1 ini bisa dibalikin lagi :D
Dan yang terakhir untuk yang UKTnya, menurut teman-teman dan juga orang tua dianggap memang terlampau berat, semoga penangguhannya diterima dan diberi keringanan..
AAmiin ^^

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Thursday, 6 June 2013

Jalan Kita Telah Ditentukan, Termasuk Rute Mana yang Dipilihkan

Assalamu 'alaikum wr . wb.

Terkait postinganku sebelumnya, bahwa saat ini kita tengah sama-sama berjuang untuk memperjuangkan masa depan kita nantinya. Yang begitu kita nanti-nantikan keberhasilannya. Sehingga perjuangan saat ini terbayar sudah. Kebanyakan dari kita pun pasti telah merencanakan masa depannya masing-masing dan sangat berharap agar rencana tersebut tak sebatas dalam angan, tapi terlaksana pada setiap detailnya. Tapi untuk seluruh temanku yang belum memiliki waktu luang sepertiku, yang setiap menitnya hanya digunakan untuk menulusuri layar, mungkin kesibukan kalian saat ini adalah salah satu check point yang harus kalian lalui. Dan sama sekali bukanlah jalan beralamat no where yang patut kalian sesali.

Allah SWT Mahaadil, Allah SWT Maha Pemberi Petunjuk, tidakkah kalian selalu meminta-Nya ketika beribadah setelah wudlu kepada-Nya?
Surat Al Fatihah : 6
QS. Al Fatihah ayat 6

Guys, aku mau sedikit cerita. Ini tentang aku yang akhirnya berada di check point ku saat ini dan sudah pasti karena-Nya.
Waktu kelas 11 kalau nggak salah smester 2 , kakak-kakak alumni sudah banyak yang datang untuk promosi universitasnya. Yang dari PTN bergengsi, ikatan dinas, dari fakultas teknik, kedokteran, bisnis, dan banyak lagi. Ini mungkin tahap paling early dari kegalauanku akan memilih kuliah. Then, randomly I chose Teknik Sipil. Nggak tahu kenapa, mungkin karena waktu itu aku ikut olim Fisika yang bahasannya cuma seputar mekanika. Aku pikir itu nyambung zzz. Dan karena setelah itu belum ada lagi promosi-promosi, Teknik Sipil bertahan sampai kelas 12 semester 1 akhir dan sudah mulai aku kembangkan, aku ingin melanjutkan ke Teknik Sipil UGM.

Angan-anganku waktu itu, akan menjadi seorang insinyur yang mengepalai sebuah proyek pembangunan jembatan yang megah. Bergaji besar tentunya. Akan tetapi, bagaimana pun rencana akan masa depanku, sebuah persetujuan orang tua mutlak adanya. Meskipun nantinya aku sendiri yang akan menjalani. Ternyata ibuku tak merestui keinginanku yang satu itu dengan alasan prospek ke depannya akan sulit sebelum mudahnya. Ya aku tahu setelah lulus, belum tentu langsung dapat kerja. Sebelum menjadi kepala, juga harus merasakan beratnya dikepalai. Seperti apapun alasanku, ibuku tetap tak membolehkan. Beliau terus bersikeras, dan memang kusadar, beliau butuh yang pasti untuk anaknya.

Semenjak itu, aku dan orang tuaku terus membincangkan pilihan-pilihan bagaimana aku ke depan. Ayahku memberiku keleluasaan untuk memilih terlebih dahulu, baru kemudian kami rundingkan.
Akan tetapi, ibuku... Seakan memberiku pilihan mati. Ambil Kependidikan di UNNES. Dengan alasan tertentu, ibuku selalu mengharapkanku untuku menjadi seorang guru, terserah guru apa, yang penting menyandang gelar pahlawan yang tak berlencana itu.
Sebuah pilihan yang berat, ketika dari kesekian pilihan hanya itu yang diizinkan. Walaupun ayahku lebih memberi kebebasan dari ibuku, tapi tak hanya restu ayah yang kubutuhkan, restu orang tua yang mutlak kubutuhkan. Seperti artikel temanku, restu adalah kunci.

Sempat aku negoisasikan beberapa pilihanku. Oke, kalau bukan teknik sipil, bagaimana kalau Teknik Fisika bu? Beliau tetap tak memperbolehkan. Bahkan niat ku memilih Fisika murni di UGM, belum beliau loloskan. Meskipun besar memiliki prospek menjadi pengajar, kalau tidak guru, dosen masih sama kan? Niatku yang tak beliau restui kali ini adalah pilihanku akan UGM. Beliau juga tak memperbolehkan aku kuliah di luar kota. Aku kuliah di UNNES pun juga diharuskan laju.

Saat itu aku nggak tahu harus bagaimana. Entah kini anganku akan masa depanku waktu itu, masih secerah pertama aku berani berencana atau tidak. Karena kini aku tiba pada jalan yang mengharuskanku putar balik. Mereset google map ku dan menyeting tujuanku menjadi... mungkin no where. Sempat kuberniat memberontak untuk tak mengikuti jalur tak bertujuan ini, tapi tujuh belas tahun ini aku tak diajarkan untuk membangkang orang tua. Bagaimanapun abstraknya gambaran masa depan yang nantinya aku jalani, setidaknya ini yang diharapkan orang tuaku. Meskipun nantinya aku tak sebahagia dibandingkan jika aku mengikuti mauku, setidaknya ada yang lebih bahagia. Orang tua.
Di saat itu aku sadar bahwa memang ini rute yang harus aku lalui. Tiba pada suatu titik di mana aku mempercayai daya yang lebih berkuasa dari yang aku punya. Aku yakin bahwa ini jalan yang terbaik dari rencana terbaik-Nya pula.

"Git kamu mau daftar mana?" sering aku harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini pada kelas 12 semester 2 awal. Dan ketika aku jawab, "Pendidikan Fisika, UNNES" nggak sedikit yang bilang: hah, masa sih? beneran? jangan bercanda deh..
Sebenarnya aku bingung, mana yang mengindikasikan bahwa aku bercanda akan jawabanku itu? Mungkin bagi mereka dengan prestasiku yang, katanya, sayang jika hanya didaftarkan di UNNES, jawabanku itu benar-benar lucu. Tapi tidakkah kalian tahu? -..-

Di saat teman-temanku yang lain menggalaukan pilihan-pilihan yang tersedia, aku hanya bisa mengiyakan apa mau orang tua. Berapa kali pun alumni masuk ke kelas berpromosi, sama sekali tak menarik minatku. Karena bagaimana pun, aku tak bisa bergeming dari pilihan yang telah orang tuaku pilihkan. Meskipung banyak temanku yang bilang sayang, yaa tapi mau bagaimana lagi.
Hingga tibalah waktu guru BK kami menyuruh untuk mendata rencana kuliah kami masing-masing, hal ini guna untuk pendaftaran SNMPTN. Dari kelasku kebanyakan memilih UGM pada berbagai prodi, banyak pula yang ITB, UI, UB, dll. Dan sudah pasti hanya akulah yang menulis UNNES. Setiap kelas kemudian mengumpulkan daftar tersebut. Lalu guru BK kami mengelompokkan dan mengurutkan. Mana yang kiranya memiliki prosentase diterimanya kecil, akan dirundingkan agar nantinya seluruh siswa-siswi SMANSSA diterima semua.

Waktu itu ketika pelajaran Fisika, ada salah satu temanku dari kelas sebelah memanggilku, mengatakan kalau aku dipanggil oleh guru BK. Setibanya di ruang BK, telah menanti guru-guru BK yang siap menanyaiku segudang pertanyaan seputar: Git kenapa kamu pengen ke UNNES, sedang nilaimu ini lho! Nggak pengen ke ITB atau UGM? Kan sayang Git. Kasian temenmu ini lo yang mau ke UNNES, saingannya seberat kamu. Well, aku lebih mengharapkan dimarahi karena melanggar aturan daripada menjawabi pertanyaan-pertanyaan yang bertubi-tubi yang sebenarnya ingin aku jawab: aku itu juga pengennya gitu Bu. Tapi pelan-pelan aku menjelaskan alasanku, termasuk karena orang tua dll. Akhirnya dua hari kemudian ibuku dipersilakan menemui guru BK.

Walaupun nggak terlalu berharap, tapi kuliah di UGM prodi Fisika itu sebuah impian yang tak mudah kupatahkan. Walaupun redup, tapi sinarnya masih tersisa. Menunggu sebuah kunci agar ruangan itu bisa bercahaya, yaitu restu. Dan ketika guru BK kembali memanggilku setelah kunjungan ibuku tersebut... Senang rasanya, guruku bilang, "Git, ibumu merestui". Seketika itu kuambil tipe-x dan meratakannya di atas Pendidikan Fisika UNNES, kemudian menorehkan tinta di atasnya Fisika UGM. Alhamdulillah :D

Untukku bisa memilih jurusan tersebut harus melewati berbagai pilihan-pilihan lain yang telah tergugurkan sebelumnya. Dari Teknik Sipil dan Teknik Fisika yang benar-benar tak direstui, akhirnya hati orang tuaku luluh pada Fisika UGM. Meskipun Pendidikan Fisika UNNES sempat dibekukan lamaaa sekali, selama sebuah gunung es bisa mencair. Aku hanya perlu melewati rute-rute memutar sebelum nantinya ku tahu sebenarnya ke mana aku menuju.

Guys, ternyata beginilah cara Allah menuntun hamba-Nya kejalan yang telah Dia pilihkan. Dia butuh sebuah bukti dari hamba-Nya yang benar-benar percaya bahwa Dialah Yang Maha Memberi Petunjuk, Yang Maha Berencana, dan Yang Maha Mengetahui jalan mana/ pilihan mana yang terbaik untuk hamba-Nya tersebut.

Kadang semua keinginan kita tak sejalan dengan apa yang Allah kabulkan, tapi sesungguhnya Allah mengabulkan apa yang kita butuhkan. Jika saat ini kita merasa berada di jalan yang seperti tak berujung ke manapun, percayalah kepada Allah. Bertawakallah. Pasti setelah itu kita langsung tahu bahwa jalan yang kita tempuh saat ini hanyalah rute yang Allah pilihkan sebelum nantinya mengarah ke jalan-jalan lainnya yang semakin dekat dengan sebuah akhir yang bisa saja seperti ingin kita sebelumnya. Atau bahkan lebih membahagiakan. Yang tak terduga, yang hanya Allah saja yang tahu pastinya.

Hehehe, sekian ceritaku kali ini.. Yang mungkin lebih tepatnya curhat :p
Aku cuma mau berbagi, biar teman-temanku yang sedang merasakan hal yang sama, meski kondisinya beda, bisa lebih bijaksana dalam langkahnya. Nggak terus down, dan tetap go on!!

Wassalamu 'alaikum wr.wb.


Saturday, 1 June 2013

Kita Semua Sama-Sama...

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Minggu-minggu ini akan menjadi minggu-minggu penting bagi kebanyakan siswa SMA. Yang sudah lulus dan hendak melanjutkan ke pergururan tinggi. Ini menyangkut penentuan, persiapan, seleksi, dan akhirnya penerimaan. Hari demi hari pun penuh dengan doa, harapan, semangat, optimisme. Atmosfer yang menyejukkan.

Beberapa hari yang lalu, 97 siswa dari SMA ku, alhamdulillah, dinyatakan lolos pada SNMPTN undangan. Dan salah satu penerima ucaman selamat dengan warna hijau pada laman SNMPTN, alhamdulillah, aku. Aku senang, kelewat senang. Tapi enggan, enggan bahagia kelewatan di antara teman-temanku yang belum jalannya lewat undangan.

Ingin rasanya tertawa lega dengan setiap kawanku waktu itu. Jadi, sampai saat ini kita sudah maen untuk yang kesekian kalinya. Maen Oracle dan Earth Panda. Pake False Promise nglempari batu, nyilent, tanpa ada yang tahu.
Tapi, agaknya tertunda terlebih dahulu. Begitu pun akibat repotnya aku.
Beberapa hari lalu status dari temanku:


Langsung aku like. Sebuah status yang mengisyaratkan agar kita tak terbutakan oleh kebahagiaan orang lain dan menjadi seseorang yang iri hati. Sehingga membuat kebahagiaan sendiri yang sebenarnya tinggal sejengkal dari genggaman, menjauh bersenti-senti dari tangan.

Tapi momentum ini benar-benar membuat aku bangga. Akan diriku, dan terlebih pada teman-temanku. Yang dengan ajaibnya, sehari-hari, di Facebook, Twitter, maupun sosmed lainnya, selalu teraliri mantra. Agar tidak lekas kecewa, agar tidak mudah putus asa, agar tetap berusaha, dan yang paling penting percaya. Dengan solidnya kami semua menalikan sebuah ikatan untuk berjuang bersama. Jangan sampai kami, walau seorang saja, terperangkap jurang ketakberdayaan. Akibat kekecewaan, keputusasaan, dan yang paling parah ketakpercayaan.

Kita semua tahu bahwa untuk berenang ke tepian, sebelumnya kita harus menaiki rakit ke hulu. Ini berarti memang selalu ada tahap struggling sebelum mendapat tujuan akhir. Selalu harus berjuang jika akhirnya inginkan senang. Dan detik ini, sebuah tanjakan sedang kita daki sebelum berlari dalam turunan. Aku berjuang akan registrasi, sebagian berjuang memilih mana universitas yang akhirnya diambil, sebagian lagi selalu berjuang menghadapi sbm.
Kita semua sedang berjuang, kita semua jugalah yang nantinya diberi hasil yang memuaskan.
Begitulah Keadilan Allah, yang membuat "kita semua sama-sama... " :D

Bagaimana pun kita membidik tujuan dan kalau bisa sssshhh dor! tepat sasaran.
Semoga memberikan pandangan.

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

    Followers