Assalamu 'alaikum wr. wb.
Beberapa hari lalu, baru saja aku menghadapi UN SMA. Tahap akhir yang harus aku lalui sebelum kaki ini melangkah ke perguruan tinggi. Sudah empat jenjang pendidikan yang aku tempuh, TK, SD, SMP, dan kini di penghujung SMA. Dan UN kemarin semakin mengingatkan aku bahwa waktunya hampir tiba. Saat-saat yang paling tak mengenakkan. Perpisahan.

Tepat sebelum UN, aku dan teman-temanku mengadakan doa bersama dan dilanjutkan dengan maaf-maafan. Suatu momen yang benar-benar mengharukan. Masing-masing dari kami saling berjabat tangan dan mendoakan setiap kawan. Karena kami sadar kesempatan untuk kami saling bertatapan seperti ini semakin tak mungkin saja. Senin kita UN, dan setelahnya... maybe it's the end.
Mungkin tidak benar-benar tak lagi bertemu, tapi memang tak dipertemukan lagi dalam suatu kegiatan belajar di sekolah. Jadi, waktu maaf-maafan itu belumlah dapat dikatakan sebagai sebuah perpisahan. Jika waktu itu saja sudah berlinangan air mata, mengangankan kemana teman-teman semua membentangkan sayapnya, bagaimana nanti ketika mereka telah benar-benar pergi?
Akankah sedih? Merasa kehilangan? Menangis lagi?
Tidak.
Perpisahanku dengan teman-teman SMA ini bukanlah yang pertama buatku. Perpisahan-perpisahanku sebelumnya telah banyak mengajariku apa itu sebenarnya perpisahan dan bagaimana cara untuk menerimanya.
Aku sadar akan ungkapan "koma, bukan titik". Perpisahan bukanlah sebuah akhir layaknya titik di penghujung kalimat. Akan tetapi koma di akhir kalimat awal dan di awal kalimat berikutnya. Karena sesungguhnya perpisahan bukanlah batas terakhir kita dan orang-orang yang berpisah dengan kita untuk berjumpa kembali. Malah perpisahan sebenarnya adalah awal dari pertemuan yang baru. Bertemunya kembali dengan orang-orang yang pernah kita tinggalkan, atau bahkan pertemuan dengan orang-orang yang wajahnya pun belum pernah terbayangkan.
Perpisahan harusnya menjadi momen mengiklaskan kepergian. Merelakan mereka yang siap terbang ke masa depan. Hidup ini terus berputar. Tak ada waktu untuk berhenti sekadar mencari tombol pause. Mereka yang berpisah dengan kita harus melanjutkan hidupnya. Bukan mengakhiri pertemuan dengan kita selamanya, tapi mengakhiri pertemuan untuk saat ini. Dan ketika Allah menghendaki, tak ada yang akan menghalangi jika bertemu di kemudian hari.
Mungkin kita akan berpikir, kedepan tak akan ada orang-orang yang serupa dengan orang-orang yang kita tinggalkan sebelumnya. Akan tetapi, segera kita menemukan orang-orang yang memiliki posisi yang sama dengan mereka di hati kita.
Dan bukan menggantikan! Orang-orang yang baru ini dipertemukan oleh kita bukan untuk menggantikan posisi orang-orang lama. Sebuah hati yang pernah terisi sebuah ikatan persahabatan yang indah, tak akan tega melakukannya. Cara hati kita menyikapi orang-orang baru adalah dengan membuatkan sebuah tempat khusus untuk mereka. Yang mungkin saja terletak di local disk yang sama dengan orang-orang sebelumnya, mungkin di libraries yang sama, atau bahkan di folder yang sama dengan urutan file bersudahan. Yang jelas tak akan pernah mereplace file yang telah tersimpan sebelumnya.
Dengan mekanisme seperti ini, akan memudahkan kita kalau-kalau hati ini dihinggapi rindu:
Karena jika kita membuka kembali album lama yang ada dalam hati kita, sekejap kita akan bersama dengan orang-orang yang pernah mengucapkan good bye dengan kita.
Album lama yang masih rapi tanpa terdistorsi kedatangan orang-orang baru yang juga menghuni.
Kawanku, bagaimana pun juga "there is good in goodbye"
Wassalamu 'alaikum wr.wb.
Beberapa hari lalu, baru saja aku menghadapi UN SMA. Tahap akhir yang harus aku lalui sebelum kaki ini melangkah ke perguruan tinggi. Sudah empat jenjang pendidikan yang aku tempuh, TK, SD, SMP, dan kini di penghujung SMA. Dan UN kemarin semakin mengingatkan aku bahwa waktunya hampir tiba. Saat-saat yang paling tak mengenakkan. Perpisahan.

Tepat sebelum UN, aku dan teman-temanku mengadakan doa bersama dan dilanjutkan dengan maaf-maafan. Suatu momen yang benar-benar mengharukan. Masing-masing dari kami saling berjabat tangan dan mendoakan setiap kawan. Karena kami sadar kesempatan untuk kami saling bertatapan seperti ini semakin tak mungkin saja. Senin kita UN, dan setelahnya... maybe it's the end.
Mungkin tidak benar-benar tak lagi bertemu, tapi memang tak dipertemukan lagi dalam suatu kegiatan belajar di sekolah. Jadi, waktu maaf-maafan itu belumlah dapat dikatakan sebagai sebuah perpisahan. Jika waktu itu saja sudah berlinangan air mata, mengangankan kemana teman-teman semua membentangkan sayapnya, bagaimana nanti ketika mereka telah benar-benar pergi?
Akankah sedih? Merasa kehilangan? Menangis lagi?
Tidak.
Perpisahanku dengan teman-teman SMA ini bukanlah yang pertama buatku. Perpisahan-perpisahanku sebelumnya telah banyak mengajariku apa itu sebenarnya perpisahan dan bagaimana cara untuk menerimanya.
Aku sadar akan ungkapan "koma, bukan titik". Perpisahan bukanlah sebuah akhir layaknya titik di penghujung kalimat. Akan tetapi koma di akhir kalimat awal dan di awal kalimat berikutnya. Karena sesungguhnya perpisahan bukanlah batas terakhir kita dan orang-orang yang berpisah dengan kita untuk berjumpa kembali. Malah perpisahan sebenarnya adalah awal dari pertemuan yang baru. Bertemunya kembali dengan orang-orang yang pernah kita tinggalkan, atau bahkan pertemuan dengan orang-orang yang wajahnya pun belum pernah terbayangkan.
Perpisahan harusnya menjadi momen mengiklaskan kepergian. Merelakan mereka yang siap terbang ke masa depan. Hidup ini terus berputar. Tak ada waktu untuk berhenti sekadar mencari tombol pause. Mereka yang berpisah dengan kita harus melanjutkan hidupnya. Bukan mengakhiri pertemuan dengan kita selamanya, tapi mengakhiri pertemuan untuk saat ini. Dan ketika Allah menghendaki, tak ada yang akan menghalangi jika bertemu di kemudian hari.
Mungkin kita akan berpikir, kedepan tak akan ada orang-orang yang serupa dengan orang-orang yang kita tinggalkan sebelumnya. Akan tetapi, segera kita menemukan orang-orang yang memiliki posisi yang sama dengan mereka di hati kita.
Dan bukan menggantikan! Orang-orang yang baru ini dipertemukan oleh kita bukan untuk menggantikan posisi orang-orang lama. Sebuah hati yang pernah terisi sebuah ikatan persahabatan yang indah, tak akan tega melakukannya. Cara hati kita menyikapi orang-orang baru adalah dengan membuatkan sebuah tempat khusus untuk mereka. Yang mungkin saja terletak di local disk yang sama dengan orang-orang sebelumnya, mungkin di libraries yang sama, atau bahkan di folder yang sama dengan urutan file bersudahan. Yang jelas tak akan pernah mereplace file yang telah tersimpan sebelumnya.
Dengan mekanisme seperti ini, akan memudahkan kita kalau-kalau hati ini dihinggapi rindu:
Karena jika kita membuka kembali album lama yang ada dalam hati kita, sekejap kita akan bersama dengan orang-orang yang pernah mengucapkan good bye dengan kita.
Album lama yang masih rapi tanpa terdistorsi kedatangan orang-orang baru yang juga menghuni.
Kawanku, bagaimana pun juga "there is good in goodbye"
Wassalamu 'alaikum wr.wb.